TIMES MAJALENGKA, PACITAN – Ratusan kaki telanjang berlalu-lalang di halaman rumah sederhana milik Rokhimin di Dusun Mloko, Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, Minggu (6/7/2025) pagi.
Sejak sebelum matahari terbit, warga sudah mulai datang untuk mengantre terapi kesehatan gratis. Ada yang berjalan pelan sambil memegangi pinggangnya yang nyeri, ada pula yang dibantu tongkat karena lututnya tak kuat menahan berat badan.
Kegiatan ini diinisiasi Lembaga Kalikuning Sigap Bersinergi (KSB) yang bekerja sama dengan tim terapi Banyu Urip Pacitan. Bagi warga, kesempatan seperti ini ibarat durian runtuh.
Betapa tidak, selama ini mereka jarang sekali memeriksakan kesehatan karena alasan biaya. Begitu ada informasi akan ada layanan gratis, mereka langsung bersemangat.
Misnandi mengaku sudah lama merasakan sakit di bagian kaki, terutama saat rukuk atau sujud shalat. Namun, penghasilannya dari bertani tidak cukup jika harus rutin memeriksakan diri ke klinik. Itu sebabnya ketika ada program ini, dia datang lebih pagi supaya kebagian antrean awal.
“Saya sering merasa nyeri saat sujud karena sakit di kaki. Tapi setelah ikut terapi ini, Alhamdulillah sudah terasa lebih ringan,” ungkapnya.
Pagi tadi, halaman rumah Rokhimin berubah jadi ‘klinik dadakan’. Karpet plastik digelar untuk tempat tunggu, sementara tim Banyu Urip Pacitan sibuk memeriksa satu per satu pasien. Ada yang diurut, ada yang ditekan titik tertentu, ada juga yang hanya diberikan edukasi soal cara merawat diri agar tidak mudah kambuh.
Kontribusi KSB untuk Masyarakat
Ketua KSB, Rojihan, mengatakan kegiatan ini memang sudah direncanakan lama sebagai bagian program kerja bidang kesehatan. Sebab, menurut dia, masalah kesehatan masih jadi persoalan utama di desa, terutama bagi warga kurang mampu.
“Alhamdulillah antusias masyarakat luar biasa. Ini adalah implementasi nyata dari program lembaga sosial KSB yang kami jalankan, berkolaborasi dengan tim terapi Banyu Urip Pacitan,” ujar Rojihan.
Ia menyebut keluhan warga bervariasi, mulai dari nyeri kaki, tangan, pinggang, hingga gejala stroke ringan. Tim terapi Banyu Urip Pacitan pun tak keberatan melayani semuanya dengan sabar.
“Tadi ada warga yang mengeluh sakit kaki, tangan, bahkan stroke. Alhamdulillah, setelah diterapi terlihat ada perubahan. Harapan kami, warga bisa kembali sehat dan beraktivitas normal seperti biasa,” tambahnya.
Rojihan bercerita, KSB sudah berdiri sejak 2020 dan resmi berbadan hukum. Meski demikian, gerak mereka sepenuhnya berbasis swadaya masyarakat. Total ada 61 anggota aktif yang rutin menggelar bakti sosial setiap bulan.
“Kami fokus di lima bidang: kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pemberdayaan, dan potensi lokal. Prinsip kami, hadir di tengah masyarakat untuk saling membantu secara sukarela,” paparnya.
Bagi KSB, program seperti ini juga sekaligus ajang mempererat ikatan sosial warga. Mereka ingin terus menjaga semangat gotong royong agar desa Kalikuning tak hanya sehat secara jasmani, tapi juga kuat dalam rasa kebersamaan.
“Kalau kita saling membantu, insyaAllah semua terasa ringan. Semoga ke depan bisa lebih banyak yang terlibat, termasuk donatur, agar cakupan program semakin luas,” pungkas Rojihan.
Apresiasi Positif Warga
Kepala Desa Kalikuning, Agung Pambudi, yang hadir memantau jalannya acara, memberikan apresiasi tinggi pada program ini. Menurutnya, layanan semacam ini sangat membantu warganya yang kebanyakan petani dengan penghasilan tidak menentu.
“Kegiatan ini sangat positif dan patut diapresiasi. Semoga bisa berkelanjutan dan bermanfaat untuk warga Kalikuning. Kami mendukung penuh program-program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat,” tutur Agung.
Ia berharap model kolaborasi antara lembaga sosial seperti KSB dengan tenaga terapi profesional dapat terus berjalan. Dengan begitu, problem kesehatan ringan bisa dicegah sejak dini agar tidak berkembang menjadi penyakit serius yang justru memerlukan biaya lebih besar.
Di sisi lain, bagi tim Terapi Banyu Urip Pacitan sendiri, kegiatan ini juga memberi kepuasan batin tersendiri. Mereka bisa langsung melihat senyum lega warga setelah mendapat penanganan.
“Kalau warga senang, kami juga ikut bahagia. Apalagi banyak yang cerita biasanya takut berobat karena mikir biayanya,” ujar salah satu terapis, Purwanto.
Program terapi gratis ini rampung menjelang Dzuhur. Meski begitu, beberapa warga masih tampak enggan pulang. Mereka mengobrol santai dengan sesama pasien, membicarakan pengalaman masing-masing. Ada pula yang langsung mengajak tim terapi berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.
Sementara itu, Rokhimin selaku tuan rumah merasa bangga rumahnya dijadikan lokasi acara. Meski harus repot memindahkan beberapa perabot, ia rela saja demi kesehatan tetangga-tetangganya.
“Alhamdulillah rumah saya bisa bermanfaat. Semoga kegiatan seperti ini bisa lebih sering,” katanya.
Kegiatan bakti sosial kesehatan seperti ini memang menjadi solusi nyata bagi masyarakat desa yang akses layanannya masih terbatas. Tak sedikit warga mengaku baru kali ini mereka bisa mendapat pemeriksaan secara gratis dan ditangani langsung oleh terapis profesional.
Pada akhirnya, kegiatan terapi gratis di Pacitan ini memberi pesan penting bahwa masih banyak cara untuk peduli pada sesama tanpa harus menunggu pemerintah turun tangan. Dengan modal kebersamaan dan kepedulian, masalah besar pun bisa diselesaikan bersama. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Lega Bisa Berobat Tanpa Keluar Uang, Warga Kalikuning Pacitan Serbu Terapi Gratis
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |