https://majalengka.times.co.id/
Berita

Nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung, Ritual Tradisi untuk Lestarikan Warisan Leluhur di Majalengka

Senin, 12 September 2022 - 22:04
Nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung, Ritual Tradisi untuk Lestarikan Warisan Leluhur di Majalengka Ritual nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung. (FOTO: Hendri Firmansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MAJALENGKA, MAJALENGKA – Setiap hari Senin di tanggal 11-19 pada bulan Safar menjadi waktu yang telah ditentukan untuk menggelar salah satu gelar budaya Nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung yang dihelat di Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka.

Konon, hari tersebut diambil karena bertepatan dengan Raden Rangga Mantri memeluk agama Islam, serta wafat Sunan Talaga Manggung di hari Senin pada bulan Safar.

Kepala Disparbud Kabupaten Majalengka, Iding Solehudin menjelaskan, bahwa nyiramkeun yang berarti memandikan, merupakan ritual tahunan yang digelar di Museum Talaga Manggung.

"Nyiramkeun berarti kegiatan membersihkan artefak dan peninggalan sejarah Kerajaan Talaga Manggung yang disimpan oleh keturunannya," ujar Iding Solehudin, Senin (12/9/2022).

Nyiramkeun Benda Pusaka dari 9 Mata Air

Iding menyebut, air yang digunakan untuk memandikan benda pusaka itu diambil dari 9 mata air, yaitu berasal dari Gunung Bitung, Situ Sangiang, Cikiray, Wanaperih, Lemahabang, Regasari, Ciburuy, Cicamas dan Nunuk, yang dibawa menggunakan bambu kuning.

Ritual-nyiramkeun-Pusaka-Talaga-Manggung-a.jpgBupati Majalengka, H Karna Sobahi ritual nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung. (FOTO: Hendri Firmansyah/TIMES Indonesia)

"Air diambil dan kemudian dibawa oleh para kuncen atau juru kunci ke Museum Talaga Manggung untuk disatukan ke dalam satu kendi, kemudian dibacakan doa secara Islam," ujarnya.

Air suci yang sudah diberi doa itu, lalu digunakan untuk menyiram arca, pedang, gong dan benda pusaka lainnya.

Dalam momen acara itu pun berbagai peninggalan kerajaan seperti kendi, gamelan, keris, senjata dan lain-lain dipamerkan di depan panggung beserta sesajian makanan yang menyertainya.

"Inti dari rangkaian kegiatan ini supaya mendekatkan tali silaturahmi dengan semua keturunan Talaga, serta melestarikan warisan leluhur. Sesuai tema yang diangkat pada tahun ini 'Jaga Talaga Jang Jaga," tandasnya.

Ritual Talaga Manggung Ajang Wisata Budaya dan Religius

Sementara itu, Bupati Majalengka, H. Karna Sobahi menuturkan, bahwa prosesi yang mengusung budaya dan kearifan lokal yang ada di Talaga Manggung patut terus diapresiasi dan terus dilestarikan. Mengingat potensi wisata yang bisa mendatangkan ribuan pengunjung untuk lebih mengenal Majalengka.

"Ini merupakan destinasi wisata budaya dan wisata religius. Ada nilai sejarahnya. Kita juga bisa melihat bagaimana orang-orang dulu mempunyai senjata yang hingga kini terawat dengan baik," ungkapnya.

Dikatakannya, bahwa kearifan lokal yang diperlihatkan secara khidmat dan menjunjung tinggi aturan lokal itu demi menghormati para leluhur. Ditambah suguhan kuliner-kuliner lokal yang disajikan membuat ritual tahunan Talaga Manggung ini menjadi lebih bermakna dan lebih elegan, serta memiliki nilai orisinalitas.

Ritual-nyiramkeun-Pusaka-Talaga-Manggung-b.jpgBupati Majalengka, H Karna Sobahi ritual nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung. (FOTO: Hendri Firmansyah/TIMES Indonesia)

"Ini merupakan kearifan lokal yang sangat original, konsisten dilaksanakan. Wisatawan dari luar daerah pun berdatangan. Pemkab Majalengka tentu mendukung tradisi yang mengedepankan keaslian lokalitas," ungkapnya.

Sejarah Museum Talaga Manggung

Awal mula dibangunnya sebuah museum yang terletak di Kecamatan Talaga ini di awali dengan pembuatan sebuah bangunan yang disebut “Bumi Alit”, diperkirakan dibangun pada jaman Pangeran Sumanagara sekitar tahun 1820 setelah pemerintahan Kabupaten Talaga dipindahkan ke Sindangkasih oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1819. Pada saat itu pemerintahan Talaga dipimpin oleh Pangeran Aria Sacanata.

Dalam upaya melestarikan dan menitik beratkan pada keamanan barang peninggalan sejarah Kerajaan Talaga Manggung dari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak Keprabonan Talaga memohon perhatian Pemerintah Daerah Majalengka demi upaya tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari upaya itu, Keprabonan Talaga pada tahun 1991 membentuk sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Talaga Manggung, yang didalamnya terdiri dari para keturunan Raja Talaga dan berbagai pihak yang memiliki kesamaan visi untuk melestarikan peninggalan sejarah Kerajaan Talaga Manggung.

Pada tahun 1993, atas permohonan Yayasan Talaga Manggung, Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka merealisasikan pemugaran Bumi Alit menjadi sebuah museum yang diberi nama Museum Talaga Manggung yang selanjutnya di museum ini tersimpan barang-barang pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung. (*)

Pewarta : Hendri Firmansyah
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Majalengka just now

Welcome to TIMES Majalengka

TIMES Majalengka is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.