https://majalengka.times.co.id/
Berita

China Ngotot Mengklaim, Ketegangan di Kawasan Laut China Selatan Kian Meningkat

Senin, 25 Maret 2024 - 11:35
China Ngotot Mengklaim, Ketegangan di Kawasan Laut China Selatan Kian Meningkat Kapal sipil Filipina mengalami kerusakan parah akibat tindakan China yang menembakkan water canon. (FOTO: WION)

TIMES MAJALENGKA, JAKARTA – Ketegangan di kawasan Laut China Selatan makin meningkat, setelah Minggu (24/3/2024) kemarin China ngotot bahwa Laut China Selatan adalah miliknya dengan memperingatkan Filipina untuk tidak memprovokasi.

China tidak pernah mengakui keputusan Pengadilan Arbitrase pada tanggal 12 Juli 2016 yang menyatakan bahwa elemen-elemen utama dari klaim China termasuk sembilan garis putus-putus, aktivitas reklamasi lahan baru-baru ini, serta aktivitas lainnya di perairan Filipina, melanggar hukum.

Sabtu kemarin, salah kapal sipil Filipina mengalami kerusakan setelah diserang dengan tembakan water canon, saat sedang mengirimkan pasokan bulanan untuk pasukan Filipina di sebuah pos terdepan di Laut Filipina Barat yang diklaim China sebagai Laut Cina Selatan miliknya.

Menurut pernyataan Penjaga Pantai Filipina, salah satu kapalnya itu dihalangi dan dikepung oleh kapal penjaga pantai China dan dua kapal dari milisi maritim Tiongkok. Satu dari tiga kapal Filipina yang diserang China itu adalah kapal sipil.

Setiap bulan kapal-kapal sipil Filipina mengirimkan pasokan untuk sejumlah anggota marinir Filipina yang ditempatkan di "Sierra Madre", sebuah kapal perang yang kandas di Second Thomas Shoal sejak tahun 1999 untuk memperkuat klaim maritim Manila di wilayah tersebut.

Salah satu kapal Filipina telah dirusak oleh water canon selama "manuver berbahaya" yang dilakukan oleh China itu dikatakan telah menunjukkan pengabaian terhadap Konvensi Peraturan Internasional untuk Mencegah Tabrakan di Laut (COLREGS).

Pernyataan Manila mengatakan bahwa China berperilaku yang tidak bertanggung jawab dan provokatif.

China mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan itu adalah perairan teritorialnya. Ini tanda lain dari sikap agresif China yang tengah berkspansi di wilayah tersebut.

China kemudian secara teratur mengerahkan kapal-kapalnya untuk mengganggu upaya pasokan pasokan ke "Sierra Madre" dan menggambarkan operasi hari Sabtu sebagai langkah pengendalian.

Beberapa waktu sebelumnya, kapal penjaga pantai China dan Filipina juga bertabrakan di Laut Cina Selatan yang disengketakan yang menyebabkan empat awak kapal warga Filipina terluka.

Amerika Serikat dan Jepang langsung menyatakan dukungannya terhadap Filipina dan khawatir atas agresi pasukan China di perairan Second Thomas Shoal itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan, dalam sebuah pernyataan, bahwa Washington berdiri bersama sekutunya Filipina itu dan mengutuk tindakan berbahaya yang dilakukan Republik Rakyat Tiongkok terhadap operasi maritim Filipina yang sah di Laut Cina Selatan.

Duta Besar Jepang yang ditunjuk untuk Manila, Endo Kazuya menyatakan keprihatinan besar Jepang atas tindakan berbahaya yang berulang kali dilakukan oleh penjaga pantai China di Laut Cina Selatan, yang mengakibatkan cederanya warga Filipina.

China juga membuat pulau-pulau buatan di wilayah tersebut dan membentenginya untuk menegaskan klaimnya di wilayah tersebut melalui geostrategi ekspansionis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada tahun 2016 menunjukkan, bahwa klaim besar-besaran China atas perairan yang juga diklaim oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam itu tidak memiliki dasar hukum.

Provokatif

Sementara itu Kementerian Pertahanan China telah  memperingatkan Filipina atas tindakan provokatifnya setelah insiden hari Sabtu itu, sehari setelah insiden itu. 

China bersikukuh dengan mengatakan, negaranya akan menjaga kedaulatan wilayahnya pada hari Minggu, sehari setelah insiden di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan.

"Kami memperingatkan Filipina untuk berhenti membuat pernyataan apa pun yang bisa mengarah pada peningkatan konflik dan eskalasi situasi, serta menghentikan semua tindakan yang melanggar dan provokatif," kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.

"Jika Filipina berulang kali menentang kebijakan China, maka China  akan terus mengambil tindakan sangat tegas untuk menjaga kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritimnya," lanjut pernyataan itu.

Industri Perikanan Terbesar

Menurut Center for Naval Analyses yang berbasis di AS, Filipina memiliki industri perikanan terbesar ke-12 di dunia, dengan jumlah penangkapan ikan sekitar 2,1 juta ton pada tahun 2012, atau 2,67 persen dari total penangkapan ikan dunia.

Filipina juga telah mengeksplorasi endapan minyak dan gas di sepanjang Reed Bank sejak tahun 1970-an. Walaupun kawasan tersebut belum sepenuhnya disurvei, Manila telah menggali gas dari perairan antara Palawan Island dan Reed Bank.

Ditinggali oleh sekitar 300 orang Filipina, struktur sipilnya termasuk balai multi fungsi, pusat kesehatan, sekolah, fasilitas penyulingan air dan jalur pertanian Aparat militer Filipina  ditempatkan di kapal tanker yang kandas di Second Thomas Shoal sejak tahun 1999.

Namun kini China ngotot bahwa wilayah maritim Filipina di Second Thomas Shoal itu sebagai miliknya dan saat ini ketegangan terus meningkat oleh perilaku kapal-kapal China di kawasan itu. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Majalengka just now

Welcome to TIMES Majalengka

TIMES Majalengka is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.