TIMES MAJALENGKA, JAKARTA – Penggunaan ponsel yang tidak sah oleh tentara Rusia diyakini menjadi penyebab Ukraina bisa menyerang dengan roketnya di markas tentara Rusia yang menewaskan 89 personelnya, akhir pekan kemarin.

Letnan Jendral Sergei Sevryukov dari Rusia, Selasa (3/1/2023) malam, mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa sinyal telepon itu memungkinkan pasukan Kyiv bisa menentukan koordinat lokasi personel militer Rusia berada sehingga dengan mudah melancarkan serangan.

"Sudah jelas bahwa alasan utama dari apa yang terjadi adalah pengaktifan dan penggunaan besar-besaran ponsel itu bertentangan dengan larangan oleh ponsel personel di zona jangkauan senjata musuh," katanya.

"Faktor ini memungkinkan musuh bisa melacak dan menentukan koordinat lokasi tentara untuk serangan rudal," katanya lagi.

Sevryukov menambahkan, tindakan yang tidak ditentukan sedang diambil untuk mencegah insiden tragis serupa di masa depan dan Rusia berjanji untuk menghukum pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Serangan itu, menurut Sevryukov seperti dilansir AP, adalah salah satu yang paling mematikan terhadap pasukan Kremlin sejak dimulainya perang lebih dari 10 bulan lalu, hanya beberapa  menit ketika jam memasuki tahun baru 2023.

Pasukan Ukraina menembakkan enam roket dari sistem peluncuran ganda HIMARS yang disediakan Amerika Serikat ke sebuah gedung "di area Makiivka" tempat tentara Rusia ditempatkan.

Dua roket jatuh,  tetapi empat menghantam gedung dan meledak, membuat struktur bangunanya struktur.

Rusia dan Ukraina Saling Klaim Korban Tewas

Kementerian Pertahanan Rusia semula mengatakan serangan itu menewaskan 63 tentara. Tetapi ketika petugas darurat membersihkan puing-puing bangunan, menemukan lagi 27 tentara lagi yang tewas sehingga jumlahnya  menjadi 89 tentara.

"Wakil komandan resimen termasuk di antara yang tewas," kata Sevryukov.

Namun laporan lain yang belum dikonfirmasi menyebutkan jumlah korban yang sebenarnya tewas jauh lebih tinggi.

Direktorat Komunikasi Strategis angkatan bersenjata Ukraina mengklaim pada hari Minggu bahwa sekitar 400 tentara Rusia yang dimobilisasi tewas di sebuah gedung sekolah kejuruan di Makiivka dan sekitar 300 lainnya terluka.

Klaim itu tidak bisa diverifikasi secara independen. Pernyataan Rusia mengatakan pemogokan terjadi di daerah Makiivkadan tidak menyebutkan sekolah kejuruan.

Serangan itu menandai satu lagi kemunduran bagi upaya perang Kremlin yang macet di Ukraina, yang dirusak oleh serangan balasan Ukraina yang berhasil. Ini memicu kritik baru di dalam Rusia tentang cara perang dilakukan.

Laporan yang belum dikonfirmasi di media berbahasa Rusia mengatakan para korban dimobilisasi cadangan dari wilayah tersebut.

Awal Tahun Baru lalu, Ukraina meluncurkan rudalnya ke sebuah sekolah yang dijadikan markas tentara Rusia di Makiivka, wilayah Donetsk yang diduduki Rusia.

Awalnya Rusia mengklaim  63 kematian, itupun sebuah pengakuan yang sangat tidak biasa, karena itu menandai hilangnya nyawa paling signifikan dari satu serangan yang dikonfirmasi oleh Moskow sejak dimulainya invasinya ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu.

"Jumlah rekan kami yang tewas telah mencapai 89 orang," kata Letnan Jenderal Sergey Sevryukov dalam pernyataan video yang dirilis oleh kementerian pertahanan Rusia pada Rabu pagi.

"Penggunaan ponsel oleh tentara Rusia adalah penyebab serangan itu," tambah Sevryukov.

Para pejabat intelijen Inggris mengatakan pada hari Rabu bahwa praktik militer tidak profesional Rusia kemungkinan besar menjadi penyebab tingginya tingkat korban di Makiivka. (*)