TIMES MAJALENGKA, MAJALENGKA – Dalam upaya membuka akses teknologi bagi kelompok rentan terus diperkuat melalui Pelatihan TIK Kewirausahaan Inklusif 2025. Kegiatan ini diikuti ratusan peserta dari kalangan prasejahtera dan penyandang disabilitas, hasil kolaborasi Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan BAKTI Komdigi.
Ketua Pelaksana kegiatan, RA Loretta Kartikasari atau Dya Loretta, mengatakan pelatihan ini bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan digital, tetapi juga mengubah cara pandang peserta terhadap diri mereka sendiri.
"Banyak dari mereka selama ini merasa kemampuan digital itu ‘bukan untuk saya’. Padahal, dengan pendampingan yang tepat, mereka bisa menguasai hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil," kata Loretta dalam keterangannya, Sabtu (22/11/2025).
Dya Loretta menyatakan, penyandang disabilitas dan masyarakat prasejahtera memiliki hak dan peluang yang sama dalam ruang ekonomi digital.
Ia berharap kegiatan seperti ini dapat membantu meningkatkan daya saing sekaligus memberikan peluang usaha bagi kelompok rentan di era digital.
"Kami ingin memastikan bahwa mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelaku ekonomi digital. Mereka bisa membuat konten, mempromosikan produk, bahkan menciptakan lapangan kerja. Perbedaan bukan hambatan, justru kekuatan untuk melihat dunia dari sudut yang tak dimiliki orang lain," papar Dya.
Sementara Ketua Umum DNIKS, DR. H. A. Effendy Choirie, M.Ag., M.H, menyampaikan bahwa transformasi digital harus menghadirkan keadilan bagi semua.
"Teknologi tak boleh menciptakan jurang baru. Ia harus menjadi jembatan yang menarik mereka yang tertinggal," katanya.
Kepala BPPTIK Komdigi Cikarang, Hamdani Pratama SH., M.IKom, menambahkan, pentingnya keberanian dalam menghadapi era digital.
"Pelatihan ini bukan soal perangkat canggih, tapi keberanian memulai. Kami ingin tempat ini menjadi ruang inkubasi bagi keberdayaan digital masyarakat," ungkapnya.
Pelatihan berlangsung selama dua hari dengan dua modul utama: "Jualan Laris Lewat Video HP dan Optimasi Konten Video dengan AI Sederhana".
Pada hari pertama, peserta dibimbing teknik perekaman video, storytelling praktis, serta cara mengemas produk menggunakan ponsel biasa.
Pada hari kedua, mereka dikenalkan dengan pemanfaatan kecerdasan buatan untuk penyusunan naskah dan optimalisasi video.
Pendampingan diberikan secara intensif, mulai dari penerjemah bahasa isyarat hingga penyesuaian tempo belajar, agar setiap peserta bisa mengikuti materi tanpa terkecuali.
Beberapa datang dengan dampingan keluarga, sebagian lainnya dengan alat bantu masing-masing. Ada peserta tunadaksa yang mendorong kursi rodanya sendiri, peserta tuli yang mencari posisi dekat penerjemah bahasa isyarat, dan peserta tunagrahita yang digandeng oleh pendampingnya.
Mereka semua membawa semangat yang sama ingin memahami dunia digital yang selama ini terasa jauh, bahkan nyaris mustahil dijangkau. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pelatihan TIK Kewirausahaan Inklusif 2025 Perkuat Akses Digital bagi Disabilitas di Majalengka
| Pewarta | : Jaja Sumarja |
| Editor | : Faizal R Arief |